Kamis, 07 April 2016

Nikar dan Kila

"Karena melupakan seseorang yang berarti dalam hidup kita,
bisa berarti pertarungan seumur hidup."

Awan mendung perlahan-lahan memulai aktifitasnya di atas langit. Menghantui setiap makhluk yang menginjak tanah di bawahnya. Ada yang berharap sang awan menurunkan hujan. Ada wajah-wajah kesal yang tak ingin hujan turun. Ada yang tak peduli jika sang awan ingin menurunkan hujan.
Coba kau tengok di sudut ruangan gelap itu, seseorang benar-benar tak peduli dengan apa yang terjadi di luar sana. Dia hanya sibuk dengan rutinitasnya yang sudah bertahun-tahun dia jalani.

******

Nikar duduk di trotoar perempatan, memperhatikan setiap orang yang berlalu lalang, dengan tatapannya yang bersemangat. Namun setiap orang yang lewat berusaha menjauh dari dirinya. Merasa jijik atas penampilannya. Merasa takut dengan tatapannya.
Dari arah depan, seorang anak perempuan yang cantik berlari-lari menuju ke arahnya dengan membawa boneka beruang berwarna cokelat.
TIIIIN. TIIIIINN.
"Kilaaaaaaaaaa," teriakan kencang berasal dari wanita cantik yang sedang berada di depan rumah makan Nasi Padang.
Dengan sangat cepat Nikar menyadari bahaya itu dan segera berlari, menyelamatkan anak kecil yang bernama Kila.
Semua orang memperhatikan sikap heroik Nikar. Lalu berlari menuju Nikar dan menghajar habis-habisan Nikar, yang menyadari sikap heroik itu hanya satu orang, Kila. Tangis Kila pecah melihat Nikar dihajar.
"Kila tidak apa-apakan? Orang gila itu tidak menyakiti Kila 'kan?" Sang Ibu menggendong Kila.

******

Seorang laki-laki separuh baya berjalan dengan santai menuju ruangan paling sudut di bangunan tua itu. Dengan membawa sebuah buku berwarna biru yang terlihat usang di tangannya.
Krek.
Seseorang di sudut ruangan yang gelap itu menoleh. Mengenal siapa yang memasuki ruangannya, dia mengubah posisi duduknya berhadapan dengan laki-laki itu.
"Dokter, kenapa datang lagi ke sini?"
"Aku sudah berjanji akan membawakan sesuatu yang akan menginspirasi kamu. Dan sekarang aku membawakannya khusus untukmu," laki-laki yang dipanggil dokter itu menyerahkan buku usang yang dia bawa kepada perempuan dihadapannya.
"Terima kasih dok, karena selalu membantuku," senyum manis mengembang dari wajah perempuan itu.
"Tidak masalah Kila, kau adalah malaikatku."
*bersambung*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar