Kamis, 07 April 2016

Benang Waktu


Aku menjaga. Kamu menjaga. Kita sama-sama sedang menjaga. Kita membiarkan Benang Waktu kita berjalan masing-masing untuk saat ini. Jika garis dunia menakdirkan kita untuk menyatukan Benang Waktu kita, maka Benang Waktu kita akan berjalan bersama beriringan.

Berbicara tentang waktu yang tiada jenuhnya berputar. Ini adalah pertama kalinya kita bertemu lagi setelah dua tahun aku berhenti dari kegiatan sore itu.namun ini adalah posisi yang cukup aneh diantara kita. Tidak seperti kegiatan sore kita, di mana aku dan kamu berada dalam satu tingkatan, di dunia nyatanya bahwa kita adalah sepasang adik dan kakak kelas. Bukan aku sebagai adik kelasnya, namun kamulah adik kelasnya.


Banyak orang yang tidak setuju bahkan merasa aneh dengan kedekatan di antara kita. Termasuk para tetinggi sekolah kita. Untuk ukuran sekolah kecakapan khusus, hubungan antara tingkatan dijaga sangat ketat. Jadi, apapun yang terjadi di antara kita pasti akan diawasi secara ketat oleh Ketua masing-masing. Kamu pasti mengerti akan hal ini.

Berbicara tentang waktu yang tiada jenuhnya untuk menjaga janji, saat ini kita mulai terpisahkan lagi. Terpisah bukan karena waktu, namun karena keadaan. Setelah sekian lama menunggu waktu yang ditentukan, kini waktu itu hanya bayangan sesaat yang kita dapatkan. Aku dan kamu harus terpisahkan lagi.

*****

“Batalion Argera, siapkan denah musuh dan check kembali seluruh kebutuhan dan perlengkapan. Bagi dalam tiga kelompok.”
“Siap, Komandan!”
“Wah wah. Kau tidak pernah berubah. Selalu seperti biasa. Tegas dan menyeramkan.”
“Jangan meledekku.”
“Dingin seperti biasa.”
Lama tak berjumpa Benang Waktu. Aku ingin mengajakmu bercerita. Oh baiklah, baiklah. Akan aku jelaskan situasi saat ini. Percakapan yang baru saja terjadi adalah percakapan antara aku dengan sahabatku. Aku tidak berubah seperti kata dia, namun aku menyangkalanya. Di balik sikapku yang tegas dan menyeramkan, tersimpan kerapuhan yang luar biasa hebatnya. Aku berubah, berubah dari sikapku yang dulu. Ini sudah berlangsung sejak lama, Benang Waktu. Sejak tiga tahun yang lalu. Ketika keadaan membuat kami berpisah. Aku diangkat menjadi kelompok Batalion Argera, satu tahun setelahnya aku diangkat menjadi wakil komandan, dan kini aku menjadi komandan. Cukup mengesankan? Tidak juga, karena bebanku menjadi berlipat ganda. Namun karena aku menyukai hal ini aku bias menikmatinya seperti bermain Tendo.

*****

Aku merindukanmu.
Itu adalah ukiran yang tertera di dinding kamarku. Tiga tahun aku menjejaki bumi ini, jauh dari kehidupanku yang dulu. Setelah tiga tahun aku lamanya kamu bergabung ke dalam Batalion Argera, tak sedikitpun kamu tinggalkan jejak untukku.
Saat ini kamu memiliki tingkatan tertinggi itu. Sedangkan aku, aku menjauh dari dunia itu. Aku kembali, kembali ke dunia yang tenang. Di mana aku bias merasakan keakraban sinar matahari, tamparan halu angin berhembus, dan suara jangkrik serta kodok di malam hari.
Aku kini merasa jauh dari duniamu. Aku merasa jarak itu semakin lebar. Benang Waktu kita tak akan mungkin berjalan beriringan. Benang Waktu kita sudah terpaut jarak yang jauh sejak tiga tahun yang lalu.

*****

Hai, Benang Waktu.
Aku merindukan dirinya. Aku sungguh ingin bertemu dengannya. Aku ingin mendengar suaranya. Aku ingin melihat wajahnya. Entah kenapa, kini aku merasa jarak telah jauh memisahkan aku dengannya. Aku terlalu takut, takut dia menghilang.
Jujur saja aku ingin melepas semua ini. Aku ingin dating ke dunianya, dunia impian kami. Dunia yang selalu kami bicarakan ketika tetinggi rapat. Dunia yang selalu kami bayangkan bersama di saat hari melelahkan terlewati.
Aku kaget, teramat sangat kaget saat dirinya memutuskan untuk berhenti. Kesedihan luar biasa membuatku resah. Bayangan aku akan bersama dengannya selamanya tiba-tiba hancur lebur.
Yang bias aku ingat di hari perpisahan kami adalah,”Apakah kau siap melihat jasadku di depan matamu?”
Aku ragu, teramat sangat ragu. Aku takut, takut melihat kesedihannya jika aku aku harus mati di dunia ini.

*****

Aku berhenti memikirkanmu.
Kata terakhir yang terukir di dinding ini. Kata terakhir yang bias aku ukir. Kata terakhir yang merupakan sebuah kebohongan, namun jika kau mengetahuinya maka akan membuatmu sedih.
Aku sudah memahami, sudah sejak lama aku tahu, Benang Waktu kita tak akan pernah beriringan di dunia ini.
Dengan segala kekuatanku yang masih tersisa, aku memutuskan untuk menjaganya. Aku memutuskan untuk membesarkannya. Aku memutuskan untuk membimbmbingnya. Walau aku telah lama tahu, setelah itu aku tak memiliki waktu yang cukup lama, namun dia adalah sebagian dari Benang Waktu kita.
Dan dengan segenap hatiku, aku katakana aku mencintaimu.
09.29
Di Bawah Cahaya Bulan bersama dengan sebagian Benang Waktu kita.

*****

Hai Benang Waktu.
Aku sungguh tak tahan. Aku ingin menemui merka. Bukan hanya aku ingin menemuinya. Aku ingin memeluk mereka. Aku telah mengambil keputusan. Setelah misi terkahir ini, aku akan melepaskan jabatanku dan menemui mereka, tapi sesungguhnya dirinyalah yang paling ingin aku temui.
Dan dengan segenap hatiku, aku katakana aku mencintainya.
09.29
Di Bawah Cahaya Bulan.

*****

Diriku menahan sesak di atas pusara mereka. Mereka yang terpisah sekian lama, mereka yang mencintaiku, mereka yang menahan kerinduan dan kesedihan.
“Arvina Anarova.”
“Siap.”
“Dengan ini Kami serahkan kunci Rose Sword kepadamu. Sebagai tanda bahwa kau adalah pemilik sah tempat dan benda yang ada di dalamnya.”
Diriku melangkah dengan tegap ke hadapan Panglima Tertinggi Sekolah Kecakapan Khusus “Sword”. Mengambil kembali apa yang telah menjadi hakku. Semua peninggalan mereka, kedua orang tuaku.
Diriku tidak perlu menceritakan panjang lebar. Genap usiaku tiga tahun, keduanya pergi jauh untuk membuat Benang Waktu mereka beriringan di dunia yang abadi. Ayah pergi saat misinya sedang berlangsung. Ibu pergi di waktu yang sama dengan keadaan yang berbeda. Setelah 15 tahun lamanya, aku baru mengetahui semuanya, semua tentang cerita dan kisah mereka.
Cerita dan kisah mereka yang tertulis di buku diary mereka, surat-surat tak terkirim mereka, dan sahabat-sahabat mereka. Betapa mereka sangat menyayangiku dan menjagaku. Aku mencintai mereka dengan segenap hatiku.

Ttd
Arvina Anarova
Ditulis saat Kedamaian telah datang dan bulan bersinar dengan indahnya di atas pusara mereka dan usiaku genap 19 tahun.

*****

AM : Benang Waktu kita kemungkinan besar tidak berjalan beriringan.
MA : Namun Benang Waktu kita akan berjalan bersama dalam satu jiwa, suatu saat nanti.
AM : Itu harapanku.
MA : Harapanku juga.
Ditulis di Taman Arraroid, Kelas Kecakapan Khusus Strategi
Waktu : Hujan Pertama di Musim Semi, 2929
Ttd : Arvina Maria dan Mario Anarova




Tidak ada komentar:

Posting Komentar