Rabu, 17 Agustus 2016

Apakah Aku Pengkhianat Bangsa?

Saya terlanjur mencintai Indonesia karena saya terlahir di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Terkesan seperti dipaksakan.
Jika saya tidak dilahirkan di Indonesia, saya tak pernah tahu apakah saya akan terlanjur mencintai negara ini atau tidak. Jika saya berkata seperti ini, apakah saya akan dicap sebagai pengkhianat bangsa? Karena cinta ini atas dasar keterpaksaan.

Di mana-mana mulai menyebar virus,"Aku Cinta Produk Indonesia." Namun kenyataannya dua handphone yang saya miliki bukan karya anak bangsa. Kenyataannya notebook yang saya miliki bukan karya anak bangsa. Apakah saya akan dicap sebagai pengkhianat bangsa? Karena saya menggunakan produk non anak bangsa.
Saya senang menonton anime atau drama korea, sangat jarang menyaksikan sinetron Indonesia. Apakah saya akan dicap sebagai pengkhianat bangsa? Karena saya menonton produk non anak bangsa.
Saya bermimpi untuk bisa menginjakkan kakiku di Negara Jepang dan Belanda. Apakah saya akan dicap sebagai pengkhianat bangsa? Karena saya menginginkan pergi ke luar negeri.
Saya senang mendengarkan musik-musik dari boyband Korea "BTS" ataupun soundtrack anime Jepang. Apakah saya akan dicap sebagai pengkhianat bangsa? Karena saya mendengarkan musik karya non anak bangsa.
Jika kita yang hanya membaca sekilas akan berpikir,"iyalah, ama produk sendiri aja ga disukain. Malah make produk non bangsa."
Ya seperti itulah pikiran-pikiran orang yang hanya melihat kerangka luar. Karena di manapun, manusia pada umumnya akan melihat hal yang berdampak besar.
Mari kita perhatikan orang-orang kaya, apakah merk tas, pakaian, sepatu, sandal, jilbab, perhiasan, jam tangan, dan lain-lain yang mereka kenakan. Apakah 100% semua barang yang mereka milik produk anak bangsa?
Mengapa saya membahas tentang "Pengkhianat Bangsa"? Karena saya merasa sedih akan kata "merdeka" yang dielu-elukan seluruh negeri.
Merdeka? Entahlah.
Itulah jawaban saya. Menggantung.
Nasib negeri kita digantung oleh politik dan hukum.
Apakah masih ada orang-orang jujur di politik dan hukum? Saya sangat yakin pasti masih ada. Tetapi apakah banyak? Mungkin bisa jadi banyak. Namun apakah mereka bisa bertahan? Itulah yang saya takutkan. Mereka yang bertahan mulai digerogoti oleh para bajingan-bajingan negara. Ketika para bedebah sudah mulai bekerja sama untuk menghancurkan sosok-sosok luar biasa.
Sejauh ini apa yang bisa saya lakukan? Saya hanya bisa melihat dari kejauhan dan dari bawah. Ingin mengubah? Ingin sekali. Apa bisa? Saya bahkan pesimis akan kemampuan saya. Saya tidak bisa melakukan hal besar. Saya tidak bisa mengharumkan nama bangsa dengan kemampuan yang saya miliki. Apa yang saya lakukan selama ini? Saya hanya sibuk dengan dunia saya seperti berkuliah, mencari uang untuk meringkan beban orang tua saya, melakukan kewajiban saya yang paling sederhana sebagai umat beragama, menyenangkan hati saya dengan menonton, mendengarkan musik, dan sibuk mempersiapkan diri jika suatu hari seseorang itu mau menikahi saya. Saya bisa apalagi? Ilmu hukum saya 'cetek', ilmu politik saya apalagi, saya hanya bisa sekedar menonton berita-berita melalui youtube atau menontonnya melalui tv jika diberi rejeki untuk pulang ke tanah kelahiran.
Apakah sikap saya ini seperti pengkhianat bangsa?
Ditulis ketika membaca sebuah tulisan mengenai menteri Tahar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar